- Harga emas Antam naik tipis ke Rp2,415 juta per gram di awal pekan.
- Saham ANTM menguat pada sesi I, mencerminkan solidnya minat pada aset logam.
- Data PMI yang kuat dan neraca dagang yang mengecil membentuk sentimen campuran di pasar.
Harga emas Antam batangan pada Senin pagi tercatat stabil dengan kecenderungan menguat, berada di Rp2.415.000 per gram pada pukul 08.35 WIB, naik Rp2.000 dibanding penutupan sebelumnya. Penguatan ringan ini terjadi setelah tren kenaikan yang konsisten selama enam bulan terakhir, ketika harga bergerak dari kisaran Rp1,82 juta pada awal Juni menuju area Rp2,4 juta menjelang akhir November sebelum kembali menguji tertinggi tersebut pada awal Desember.
Pergerakan positif juga terlihat pada saham ANTM di sesi I perdagangan. Saham dibuka di 2.940, lebih tinggi dari penutupan sebelumnya di 2.910, dan bergerak stabil dalam rentang 2.940-2.980 hingga jeda sesi. Hingga akhir sesi I, ANTM menguat 2,1%, didukung transaksi aktif dengan volume 282,3 ribu lot dan nilai perdagangan sekitar Rp83,6 miliar. Rata-rata harga di 2.961 menunjukkan minat beli yang cukup konsisten terhadap saham berbasis nikel ini.
Data Makro Indonesia Beri Sinyal Campuran, namun Stabilitas Inflasi Tetap Menopang Sentimen Domestik
Dari sisi makro domestik, rangkaian data ekonomi yang dirilis pada Senin pagi memberikan sinyal campuran bagi pasar. PMI Manufaktur S&P Global untuk November naik signifikan ke 53,3, menandai ekspansi tercepat tahun ini dan mencerminkan perbaikan aktivitas industri. Namun, surplus neraca dagang Oktober menyusut tajam menjadi USD 2,4 miliar dari USD 4,34 miliar sebelumnya. Ekspor turun -2,31% YoY, sedangkan impor melemah -1,15% YoY, menandakan masih adanya normalisasi permintaan global dan domestik.
Sementara itu, inflasi November tercatat 2,72% YoY, sedikit menurun dari bulan sebelumnya dan tetap berada dalam sasaran Bank Indonesia. Inflasi inti stabil di 2,36% YoY, sementara inflasi bulanan naik moderat 0,17%. Stabilitas inflasi ini memberi ruang bagi kebijakan moneter untuk tetap akomodatif dan membantu menjaga volatilitas rupiah tetap terkendali – faktor penting bagi stabilitas harga emas lokal.
Sentimen The Fed Menguatkan Harga Emas
Sentimen eksternal turut memberi dukungan tambahan bagi emas, setelah pernyataan dovish dari pejabat The Fed – termasuk Christopher Waller dan John Williams – memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan bulan ini. Sikap serupa disampaikan Kevin Hassett, yang menyatakan kesediaannya menjadi Ketua The Fed berikutnya dan mendukung pemangkasan suku bunga agresif. Pernyataan tersebut mendorong emas global ke level tertinggi enam minggu pada sesi Asia. Ekspektasi kebijakan moneter AS yang lebih longgar juga menekan dolar ke level terendah hampir dua minggu, sehingga memperkuat momentum bullish logam mulia.
Pasar Menantikan Rilis Data AS Malam Ini
Dari sisi eksternal, pasar juga menantikan serangkaian data Amerika Serikat yang akan dirilis Senin malam, termasuk PMI Manufaktur ISM, Pesanan Baru, Indeks Ketenagakerjaan, serta Harga Dibayar. Seluruh indikator tersebut diprakirakan masih berada di wilayah kontraksi, mencerminkan pelemahan berlanjut di sektor manufaktur AS. Hasil rilisnya akan menjadi penentu penting bagi ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan The Fed, terutama karena Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berpidato lebih awal. Kombinasi antara data dan pidato Powell berpotensi menciptakan volatilitas pada dolar AS – faktor yang sensitif bagi pergerakan harga emas global maupun lokal.
Emas Global Dekati Resistance Kuat, Membuka Peluang Kenaikan Bertahap pada Harga Emas Lokal

Di pasar internasional, pergerakan emas global (XAU/USD) terus menunjukkan pemulihan sejak pertengahan November, setelah harga kembali bertahan di atas Simple Moving Average (SMA) 100 hari di sekitar $4.031 dan membentuk rangkaian higher lows. Harga kini berada di sekitar $4.224, mendekati resistance minor $4.300–$4.320 yang menjadi hambatan pertama sebelum ruang kenaikan berikutnya terbuka.
Struktur teknis memperlihatkan bahwa resistance utama berada di $4.380-$4.385, yaitu level yang pada Oktober memicu penolakan kuat dan memulai koreksi tajam. Selama area ini belum ditembus secara meyakinkan, tren jangka menengah belum dapat dinilai bullish penuh. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di level 64, menunjukkan momentum naik yang solid, namun dengan ruang penguatan jangka pendek yang mulai terbatas.
Selama harga tetap bertahan di atas SMA 100 hari, bias teknismasih positif. Penembusan di atas $4.320 dapat menjadi sinyal awal penguatan lanjutan, sementara breakout tegas di atas $4.385 akan mengonfirmasi pembukaan kembali tren naik yang lebih luas.
Prospek Emas Lokal Mengarah Stabil-Menguat dengan Ruang Kenaikan Terbatas
Prospek emas lokal dalam waktu dekat cenderung stabil-menguat, didukung permintaan domestik yang terjaga, sentimen positif pada sektor logam melalui penguatan ANTM, serta stabilitas inflasi dan kurs rupiah. Dengan rupiah yang bergerak di kisaran 16.600-16.700 dan harga emas global yang mendekati resistance, harga emas Antam berpeluang bergerak dalam rentang Rp2.410.000-Rp2.445.000 per gram sebagai skenario dasar. Jika harga emas internasional mampu menembus area $4.300-$4.350, peluang apresiasi tambahan dapat membawa harga Antam menuju Rp2.445.000-Rp2.470.000 menjelang akhir tahun.
Pertanyaan Umum Seputar Emas
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.