- Harga emas Antam turun Rp18.000 ke Rp2.098.000/gram, namun masih naik 19,27% dalam enam bulan terakhir.
- Emas global konsolidasi ke $3.647/ons usai sentuh rekor di atas $3.700, di tengah pemangkasan suku bunga BI dan The Fed.
- Fokus pasar kini tertuju pada rilis data pengangguran dan manufaktur AS malam ini sebagai penentu arah selanjutnya.
Harga emas batangan Antam dibanderol Rp2.098.000 per gram pada Kamis, 18 September, turun Rp18.000 dari sehari sebelumnya. Meski terkoreksi harian, logam mulia ini masih mencatat kenaikan 19,27% dalam enam bulan terakhir, selaras dengan tren emas global yang menanjak.
Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga bergerak melemah, turun 0,6% ke level 3.460 pada sesi siang. ANTM sempat dibuka di 3.490, menyentuh level tertinggi di 3.490 dan terendah di 3.400, mencerminkan tekanan jual tipis di tengah investor yang masih menunggu arah harga komoditas dunia.
Harga emas internasional terkoreksi tipis 0,27% ke $3.647 per ons troy di awal sesi Eropa. Logam mulia sempat menguat ke $3.672 sebelum terkoreksi ke $3.634, menandakan konsolidasi setelah rally pekan ini yang membawa harga ke rekor baru di atas $3.700.
Suku Bunga BI Turun Lagi, Tapi Perbankan Belum Responsif Penuh
Dari sisi kebijakan domestik, Bank Indonesia (BI) menurunkan BI-Rate 25 basis poin menjadi 4,75%, menandai pemangkasan keenam sejak September 2024 dengan total penurunan 150 bp. BI juga memangkas Deposit Facility 50 bp ke 3,75% dan Lending Facility 25 bp ke 5,50%. Namun, transmisi ke perbankan masih tertahan – suku bunga deposito baru turun 16 bp dan kredit hanya turun 7 bp sejak awal tahun – meski pasar uang dan imbal hasil SBN sudah melunak signifikan.
Arah Emas Berbalik setelah Powell Tegaskan Risiko Inflasi Masih Tinggi
Sementara itu, Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan 25 bp ke 4,00%-4,25%, pemotongan pertama sejak Desember. Dot plot terbaru membuka peluang dua pemangkasan tambahan tahun ini, mencerminkan kekhawatiran terhadap pelemahan pasar tenaga kerja. Keputusan ini sempat mengangkat emas ke rekor $3.700 sebelum kembali terkoreksi. Imbal hasil obligasi dan dolar AS pulih setelah pernyataan Jerome Powell yang menegaskan risiko inflasi masih cenderung naik.
Proyeksi ekonomi AS pun disesuaikan: pertumbuhan diprakirakan 1,6% pada 2025, 1,8% di 2026, dan 1,9% pada 2027. Inflasi inti PCE diproyeksikan 3,1% tahun ini, lalu melandai ke 2,6% pada 2026 dan 2,1% pada 2027, sementara target jangka panjang tetap 2%.
Ketidakpastian Global dan Sinyal Dovish Bank Sentral Menjaga Daya Tarik Emas
Geopolitik global menambah kerentanan pasar. Rusia mengklaim kemajuan di hampir semua garis operasi militer, sementara Kanselir Jerman Friedrich Merz menuding Moskow melanggar ruang udara NATO dan Uni Eropa. Dari sisi energi, Ursula von der Leyen mendorong percepatan penghentian impor minyak dan gas Rusia.
Di Timur Tengah, konflik Gaza memasuki hampir dua tahun dengan eskalasi baru. Militer Israel dilaporkan menggunakan kendaraan lapis baja berisi bahan peledak untuk menghancurkan kawasan pemukiman, langkah yang memicu kecaman internasional. Uni Eropa bahkan mempertimbangkan penerapan tarif terhadap Israel serta sanksi kepada menteri-menteri garis keras kabinet Netanyahu, sebagai tekanan agar operasi militer segera dihentikan.
Dinamika pasar emas saat ini mencerminkan tarik-menarik antara kebijakan moneter yang lebih longgar, pemulihan dolar, serta eskalasi geopolitik yang terus berlangsung. Pemangkasan suku bunga BI dan The Fed memberi ruang bagi emas untuk tetap diminati sebagai lindung nilai, sementara faktor global – mulai dari proyeksi ekonomi AS hingga konflik di Rusia dan Timur Tengah – menambah lapisan ketidakpastian. Dengan kondisi tersebut, emas berpeluang tetap bertahan di level tinggi, meski volatilitas jangka pendek akan terus membayangi pergerakannya.
Fokus berikutnya tertuju pada rilis Klaim Tunjangan Pengangguran Awal (Initial Jobless Claims) dan Indeks Manufaktur The Fed Philadelphia malam ini; data kuat dapat menekan harga di bawah $3.640, sementara data lemah membuka peluang pengujian ulang $3.700.
Prospek Harga Emas (XAU/USD)
Dari sisi teknis, emas saat ini menguji support terdekat di $3.640. Jika level ini ditembus, peluang koreksi ke $3.600 bahkan $3.565 terbuka. Sebaliknya, resistance berada di $3.670-$3.700 dengan area psikologis berikutnya di $3.720 yang berpotensi menjadi target bila tren kenaikan kembali menguat.
Indikator Relative Strength Index (RSI) bertahan di 69,9, mendekati ambang jenuh beli (overbought), yang mengisyaratkan peningkatan risiko koreksi jangka pendek. Meskipun demikian, tren menengah hingga panjang tetap terjaga dalam bias bullish, ditopang oleh posisi harga yang masih jauh di atas Exponential Moving Average (EMA) 50 di $3.464 dan EMA-200 di $3.169. Koreksi dari area dekat rekor tertinggi $3.670–$3.700 juga menunjukkan bahwa tekanan jual mulai menguat di zona resistance tersebut, sehingga menjadi titik penting untuk pengujian arah berikutnya.
Dalam pergerakan harian, Maurits Wattimena, Kepala Analis Pasar Indonesia AMarkets, melihat emas masih dalam fase pemulihan dengan peluang menguji level tertinggi baru, meski pasar cenderung wait and see menjelang sesi Amerika. XAU/USD dibuka di $3.659,18, sempat naik ke $3.672,33, lalu terkoreksi ke $3.652,36. Ia memprakirakan volatilitas tetap tinggi, dengan support di $3.639,70-$3.631,13 dan potensi penguatan menuju $3.686,65 jika mampu menembus $3.670-$3.676,88.