- Harga emas Antam turun ke Rp 2.412.000 di tengah stabilnya dolar dan prospek The Fed yang lebih dovish.
- Saham ANTM melemah ke Rp 2.930 pada akhir sesi I, ditekan aksi ambil untung.
- Pasar menunggu data ADP, PMI Jasa ISM, dan sinyal suku bunga The Fed sebagai penentu arah risiko.
Harga emas batangan Antam pada Rabu bergerak terkoreksi ringan setelah rally beruntun dalam beberapa hari terakhir. Harga terakhir tercatat di Rp 2.412.000 per gram, melemah sekitar Rp 13.000 dari sesi sebelumnya. Koreksi tipis ini muncul setelah harga sempat menyentuh area puncak sepekan di kisaran Rp 2.425.000, yang menjadi tertinggi sepanjang akhir November hingga awal Desember. Pergerakan mingguan masih menyisakan bias naik, dengan harga yang sebelumnya berada di sekitar Rp 2.387.000 pada 27 November.
Di sisi global, harga emas dunia juga cenderung bergerak datar dalam pola konsolidasi setelah tertahan di zona USD 4.240-4.260, sehingga tidak memberikan dorongan tambahan bagi harga domestik.. Stabilnya dolar AS dan prospek kebijakan moneter global yang mulai terbentuk membuat harga emas domestik bergerak dalam rentang terbatas. Pasar kini menunggu rilis data tenaga kerja AS hari ini dan rapat FOMC pekan depan, dua katalis yang berpotensi menentukan arah berikutnya bagi harga emas.
Saham ANTM Melemah di Tengah Tekanan Jual Jangka Pendek
Di pasar saham, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menutup sesi I dengan pelemahan 1,7% ke Rp 2.930 setelah sebelumnya ditutup di Rp 2.980. Harga sempat dibuka lebih tinggi di Rp 2.990, namun tekanan jual meningkat ketika saham gagal mempertahankan level psikologis Rp 3.000. Sepanjang sesi, ANTM bergerak di rentang Rp 2.920-3.000, dengan nilai transaksi mencapai Rp 92,6 miliar dan volume 314,2 ribu lot. Rata-rata transaksi (VWAP) berada di Rp 2.948, menandakan bahwa pelemahan terjadi meski likuiditas tetap aktif. Melemahnya ANTM sejalan dengan aksi ambil untung setelah rally pekan sebelumnya, ditambah respons hati-hati terhadap pergerakan campuran harga nikel global.
Ekspektasi Pemangkasan The Fed Menguat, Menahan Laju Dolar dan Membentuk Sentimen Pasar
Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember kembali menguat, seiring rangkaian komentar dovish dari pejabat The Fed dan tanda-tanda pendinginan aktivitas ekonomi AS. Menurut CME FedWatch, peluang penurunan seperempat poin kini mendekati 89%, mempertegas bahwa siklus pelonggaran semakin dekat. Kondisi ini memberikan dorongan ringan bagi dolar, sekaligus membatasi ruang kenaikan emas global – meski dampaknya terhadap emas fisik domestik tetap teredam oleh faktor permintaan internal. Sentimen dovish ini juga membuat pelaku pasar komoditas, termasuk saham-saham tambang seperti ANTM, bergerak lebih berhati-hati.
Dinamika Politik AS: Isu Pergantian Powell Ikut Menambah Ketidakpastian
Selain faktor ekonomi, dinamika politik di AS ikut membentuk persepsi pasar. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ia akan menunjuk Ketua The Fed baru pada awal 2026, sementara laporan Bloomberg menyebut Kevin Hassett sebagai kandidat terkuat. Hassett dinilai lebih dovish dibanding Jerome Powell, sehingga potensi pencalonannya dipandang dapat menekan momentum penguatan USD dalam jangka menengah. Isu suksesi ini mendorong pelaku pasar menilai ulang arah kebijakan moneter ke depan, terutama karena perubahan kepemimpinan dapat mengubah komposisi suara dalam komite. Bagi pasar komoditas dan saham pertambangan seperti ANTM, dinamika ini menambah lapisan ketidakpastian mengenai pergerakan dolar, harga logam dasar, dan minat terhadap aset berisiko.
Rangkaian Data AS Menjadi Penentu Sentimen Rabu Malam
Serangkaian data penting akan dirilis Rabu malam dan menjadi penentu arah sentimen jelang FOMC. Laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP untuk November diprakirakan hanya bertambah 5 ribu pekerjaan, jauh di bawah 42 ribu pada bulan sebelumnya. Angka yang lemah akan dipandang sebagai bukti tambahan bahwa pasar tenaga kerja mulai mendingin. PMI Gabungan S&P Global diproyeksikan stabil di 54,8, sementara PMI Jasa ISM diprakirakan turun tipis dari 52,4 menjadi 52,1, mencerminkan perlambatan moderat pada permintaan jasa. Hasil yang lebih lemah dari prakiraan berpotensi memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga. Sebaliknya, data yang lebih kuat dapat memberi ruang bagi dolar untuk menguat kembali dalam jangka pendek.
Analisis Harga Emas Global: Konsolidasi dalam Rising Wedge

Harga emas global pada kerangka waktu 4 jam memasuki fase konsolidasi yang semakin rapat setelah rally kuat dari akhir November. Penolakan berulang di zona USD 4.240-4.264, yang bertepatan dengan Fibonacci Retracement 0,236, kembali menjadi titik kritis yang menahan momentum bullish. Struktur harga kini membentuk pola rising wedge, menunjukkan kenaikan yang mulai melemah meski tren menengah masih berada pada jalur positif. Selama harga bertahan di atas pivot USD 4.200, bias jangka pendek tetap positif. Namun tekanan jual yang meningkat membuka risiko koreksi lebih dalam menuju retracement 0,382 di sekitar USD 4.162, kemudian ke area USD 4.131 pada retracement 0,5, dan USD 4.099 pada retracement 0,618. Jika tekanan berlanjut, harga berpotensi menguji zona permintaan kuat di USD 4.054 (0,786) sebelum batas struktural terakhir di area USD 3.997 (1,000).
Garis tren naik sejak awal November masih terjaga selama harga tidak menembus area 4.170-4.150. Indikator Relative Strength Index (RSI) yang turun ke area 52 dan membentuk pola lower high mengonfirmasi pendinginan momentum. Pasar tampak menunggu katalis besar – khususnya data tenaga kerja AS dan FOMC – yang akan menentukan apakah harga emas mampu menembus resistance USD 4.264 atau justru terkoreksi lebih dalam. Penembusan di atas resistance akan membuka ruang menuju USD 4.320 dan 4.375, sementara breakdown di bawah 4.170 meningkatkan peluang koreksi bertahap ke retracement yang lebih dalam.
Bagi pasar domestik, dinamika ini menyiratkan bahwa emas batangan Antam berpotensi bergerak terbatas dalam jangka pendek. Selama harga global bertahan di atas USD 4.200 dan dolar AS tetap stabil, ruang bagi Antam untuk kembali menguji area Rp 2.425.000 tetap terbuka. Namun jika emas global tergelincir menuju level-level retracement lebih rendah, peluang koreksi lanjutan pada harga emas fisik dalam negeri juga turut meningkat.