- Harga Emas batangan Antam merosot lagi ke Rp1.943.000 meski harga global menguat.
- Saham ANTM naik 3,6% ditopang sentimen tambang dan permintaan lindung nilai.
- Ketegangan tarif dan arah dovish The Fed membuat emas tetap dilirik.
Harga emas domestik menunjukkan pelemahan terbatas meskipun pasar global memberikan ruang bagi logam mulia untuk stabil. Pada hari Kamis, Emas Antam 1 gram diperdagangkan di Rp1.943.000, turun Rp7.000 dari posisi sebelumnya. Pergerakan ini berlangsung di tengah penguatan rupiah ke Rp16.306,5 per dolar AS dan pelemahan indeks dolar (DXY) ke 98,16, yang biasanya membuka ruang bagi aset berbasis dolar seperti emas untuk bergerak naik secara global.
Harga emas dunia menguat tipis ke US$3.380,77 per ons menjelang sesi Eropa, mencerminkan minat pasar yang masih kuat terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Sentimen investor didukung oleh pelemahan dolar AS dan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Meskipun harga bergerak di zona yang cukup stabil dalam beberapa pekan terakhir, pasar logam mulia tetap menunjukkan ketahanan terhadap tekanan geopolitik dan data ekonomi AS yang belum meyakinkan. Seiring meluasnya kekhawatiran terhadap dampak inflasi dari kebijakan tarif Presiden Trump, emas kembali dipandang sebagai tempat berlindung yang aman.
Di sisi lain, investor juga mencermati pernyataan dari para pejabat The Fed yang menekankan masih tingginya ketidakpastian dalam transmisi kebijakan. Selama arah kebijakan moneter AS belum menemukan kejelasan, harga emas diprakirakan akan bertahan dengan kecenderungan menguat secara perlahan, menunggu pemicu baru untuk keluar dari fase konsolidasi.
Sementara itu, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat penguatan signifikan pada perdagangan sesi I sebesar 3,6% ke level Rp3.190, naik 110 poin dari penutupan sebelumnya di Rp3.080. Saham dibuka di Rp3.100 dan sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp3.250, sebelum ditutup lebih rendah namun tetap kuat. Momentum ini mencerminkan antusiasme pasar terhadap prospek sektor tambang, di tengah ekspektasi peningkatan permintaan logam akibat tekanan inflasi dan pelonggaran moneter global.
Tekanan tarif dari Presiden AS Donald Trump, termasuk rencana pemberlakuan tarif 100% untuk chip dan semikonduktor, turut memicu kekhawatiran inflasi lanjutan dan memperlemah dolar AS. Di sisi lain, pelaku pasar memproyeksikan peluang 95% pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada September, memperkuat permintaan aset lindung nilai termasuk logam mulia.
Pasar saat ini menunggu data Klaim Tunjangan Pengangguran mingguan AS dan pernyataan lanjutan dari pejabat FOMC. Selama ketidakpastian ini berlangsung, logam mulia dan emiten tambang seperti ANTM berpotensi tetap menjadi bagian dari portofolio defensif yang dicermati investor.
Prospek Harga Emas (XAU/USD)
Pada grafik harian area US$3.435 menjadi resistance utama yang belum berhasil ditembus sejak beberapa bulan terakhir, sementara support utama berada di di US$3.175.
Saat ini harga bergerak dalam kisaran yang lebih sempit di antara US$3.275 dan US$3.390. Selama harga bergerak dalam zona ini, prospek jangka pendek cenderung netral-bullish, terutama jika harga mampu bertahan di atas Exponential Moving Average (EMA) 50 harian di US$3.329, yang kini menjadi penopang dinamis utama.
Indikator Relative strength index (RSI) 14 saat ini berada di level 55,25, masih jauh dari area kondisi jenuh beli, sehingga tersedia ruang bagi penguatan lanjutan. Jika emas mampu menembus US$3.390 dan bertahan di atas US$3.435, maka ada potensi penguatan menuju US$3.500 lagi – tertinggi 22 April – didorong kombinasi pelemahan dolar AS dan ekspektasi dovish dari The Fed. Namun kegagalan mempertahankan posisi di atas EMA 50 dapat memicu tekanan kembali ke zona support US$3.275. Fokus teknis saat ini adalah menunggu konfirmasi breakout atau penolakan yang jelas dari level resistance utama.