- Harga emas melonjak mendekati $3.950 karena berbagai faktor pendorong.
- Pendinginan pasar kerja AS telah meningkatkan spekulasi dovish Fed.
- Presiden AS Trump mengakui risiko pemutusan hubungan kerja massal di tengah penutupan pemerintah.
Harga emas (XAU/USD) mencetak level tertinggi baru sepanjang masa di sekitar $3.950 selama sesi perdagangan Eropa pada hari Senin. Logam kuning ini menguat seiring dengan meningkatnya kepercayaan para trader bahwa Federal Reserve (Fed) akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) di sisa tahun ini.
Menurut alat CME FedWatch, ada kemungkinan 84% bahwa Fed akan mengurangi suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) di masing-masing dari dua pertemuan kebijakan yang tersisa tahun ini.
Penurunan suku bunga oleh Fed memberikan angin segar bagi aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti Emas.
Ekspektasi dovish Fed semakin menguat seiring dengan kondisi pasar tenaga kerja yang tetap lemah setelah tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Bertentangan dengan ekspektasi pasar, Presiden Bank Fed Chicago Austan Goolsbee memperingatkan adanya kenaikan inflasi di sektor jasa dan berargumen melawan pengurangan suku bunga secara agresif.
"Anda melihat adanya kenaikan inflasi dan khususnya kenaikan inflasi jasa, yang mungkin tidak berasal dari tarif," kata Goolsbee, menambahkan, "Saya sedikit khawatir tentang mempersiapkan terlalu banyak pemotongan suku bunga dan hanya mengandalkan inflasi yang akan hilang," Reuters.
Selain itu, penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung juga telah meningkatkan permintaan safe-haven untuk harga Emas, karena hal ini telah menyebabkan pemutusan hubungan kerja massal.
Pada hari Minggu, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan, "Ini sedang terjadi sekarang," setelah ia ditanya kapan Gedung Putih akan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja, lapor Reuters.
Analisis teknis Emas
Harga Emas melanjutkan kenaikan beruntunnya untuk minggu kedelapan. Tren jangka pendek harga Emas tetap bullish seiring dengan Exponential Moving Average (EMA) 20-hari yang miring ke atas di sekitar $3.751,20. Garis tren yang miring ke atas dari terendah 22 Agustus di sekitar $3.321,50 akan bertindak sebagai support kunci bagi harga Emas.
Relative Strength Index (RSI) 14-hari berosilasi di dalam kisaran 60,00-80,00, mengindikasikan momentum bullish yang kuat.
Di sisi atas, harga Emas dapat melanjutkan kenaikannya menuju $4.000. Melihat ke bawah, EMA 20-hari akan bertindak sebagai support kunci.
Grafik harian Emas
Pertanyaan Umum Seputar Emas
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.