- Harga emas Antam tembus rekor Rp2,06 juta per gram, sejalan rally emas global.
- Saham ANTM melonjak 4,4% bergerak di Rp3.540, didorong sentimen komoditas.
- Data tenaga kerja AS yang lemah perkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Harga emas batangan Antam bertahan di rekor tertinggi Rp2.060.000 per gram pada hari Senin, mengikuti rally harga emas dunia yang mendekati level psikologis USD3.600 per ons troy. Kenaikan ini mempertegas minat investor terhadap aset lindung nilai di tengah meningkatnya ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga bergerak positif, mencatat kenaikan tajam pada perdagangan hari ini. Setelah dibuka di Rp3.470, harga saham sempat menyentuh Rp3.560 sebelum menguat 150 poin atau 4,4% di Rp3.540 pada sesi I, dibandingkan posisi sebelumnya Rp3.390. Pergerakan ini mencerminkan dorongan beli yang kuat, ditopang sentimen positif dari lonjakan harga emas global.
Harga emas dunia pada Senin diperdagangkan di USD3.594 per ons troy, setelah Jumat lalu menyetuh USD3.600. Lonjakan ini terjadi usai laporan ketenagakerjaan AS memperlihatkan pelemahan signifikan: hanya 22 ribu pekerjaan baru tercipta pada Agustus, jauh di bawah ekspektasi 75 ribu, sementara tingkat pengangguran naik ke 4,3% – tertinggi hampir empat tahun. Menurut CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga 25 bp pada September kini mencapai sekitar 90%, dengan peluang pemangkasan 50 bp sebesar 10%.
Emas Bertahan Dekat Rekor, Pasar Tunggu Inflasi AS di Tengah Fundamental yang Kuat
Menurut Reuters, prospek penurunan suku bunga menekan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil sekaligus melemahkan dolar, sehingga logam mulia kian menarik bagi investor global. Analis Capital.com, Kyle Rodda, menilai “semua angin pendorong sedang berpihak pada emas,” kecuali bila data inflasi AS pekan ini memberi kejutan yang mampu menggeser arah. Perhatian pasar kini tertuju pada laporan inflasi yang dirilis Kamis mendatang sebagai penentu seberapa berani langkah The Fed.
Sejalan dengan itu, agenda ekonomi AS pekan ini juga dipenuhi data penting lain, mulai dari Indeks Harga Produsen (IHP) dan Indeks Harga Konsumen (IHK), Klaim Tunjangan Pengangguran mingguan, hingga survei awal University of Michigan mengenai ekspektasi inflasi dan sentimen konsumen. Rangkaian indikator tersebut dipandang sebagai katalis utama pembentuk arah pasar, sekaligus pijakan bagi investor dalam menyesuaikan strategi di sisa kuartal ketiga dan mempersiapkan langkah menuju kuartal keempat.
Dari sisi fundamental, rally emas masih mendapat sokongan kuat. Sepanjang 2025 harga emas sudah melonjak 37% setelah naik 27% di 2024, ditopang pelemahan dolar, pembelian bank sentral, serta ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Bank Sentral Tiongkok melanjutkan akumulasi cadangan dengan tambahan pembelian pada Agustus, memperpanjang tren menjadi 10 bulan berturut-turut. Kepemilikan emas Tiongkok kini mencapai 74,02 juta ons troy, dengan total akumulasi sejak November 2024 sebesar 1,22 juta ons troy. Sementara itu, spekulan meningkatkan posisi beli bersih sebesar 20.740 kontrak menjadi 168.862 pada pekan yang berakhir 2 September, menegaskan optimisme pasar untuk segera menguji level penting USD3.600.
Prospek Harga Emas (XAU/USD)
Dari sisi teknis grafik harian memperlihatkan tren naik yang sangat kuat, dengan breakout di atas area konsolidasi lama di sekitar USD3.500 dan Exponential Moving Average (EMA) 50 di USD3.392 yang kini berfungsi sebagai support dinamis.
Relative Strength Index (RSI) berada di 77, mengindikasikan kondisi jenuh beli, namun momentum bullish masih dominan. Kombinasi fundamental – yakni prospek pelonggaran moneter, melemahnya dolar, serta pembelian bank sentral seperti Tiongkok – bersama sinyal teknis yang kuat membuat emas berpeluang menguji dan menembus level psikologis USD3.600.
Meski demikian, investor tetap akan mencermati laporan inflasi AS pada Kamis, yang bisa menjadi penentu apakah rally emas berlanjut atau mengalami koreksi jangka pendek setelah kenaikan tajam beberapa pekan terakhir.