- Emas Antam turun ke Rp1,890 juta/gram, tertekan konsolidasi harga global.
- Saham ANTM menguat di pertengahan sesi II, menunjukkan minat beli tetap terjaga.
- BI memangkas suku bunga ke 5,00%, sementara pasar menanti arah kebijakan The Fed di Jackson Hole.
Harga emas batangan Antam terus melemah sepanjang sepekan terakhir. Setelah sempat menyentuh Rp1.933.000 per gram pada 14 Agustus, harga berangsur terkoreksi ke Rp1.890.000 per gram pada 20 Agustus, atau turun Rp7.000 dari posisi sebelumnya. Tekanan ini sejalan dengan dinamika global, terutama ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral dan penguatan dolar AS, sehingga investor cenderung menahan langkah di aset lindung nilai.
Berbeda dengan emas, saham ANTM justru bergerak positif. Pada pertengahan sesi II hari ini, harga saham menguat 30 poin atau 1,1% ke level 2.840 setelah dibuka di 2.810, sempat menyentuh level tertinggi 2.840 dan terendah 2.790. Pergerakan ini mencerminkan minat beli tetap terjaga di tengah volatilitas pasar.
Di pasar global, harga emas spot Rabu diperdagangkan di sekitar US$3.323 per ons troy, naik tipis 0,22% dalam perdagangan harian setelah sempat menembus EMA 50 di US$3.333 dan menyentuh level terendah US$3.311. Pergerakan emas masih dalam fase konsolidasi dengan support kuat di US$3.300-3.275 dan resistance di kisaran US$3.360-3.400, menandakan pasar tengah menunggu sinyal lebih tegas dari The Fed.
BI secara Mengejutkan Pangkas Suku Bunga ke 5,00%
Dari sisi domestik, Bank Indonesia melaporkan pertumbuhan kredit Juli melemah menjadi 7,03% YoY, turun dari 7,77% bulan sebelumnya, sekaligus level terendah sejak 2022. Perlambatan ini menunjukkan kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit meski likuiditas longgar, dengan sebagian dana dialihkan ke surat berharga.
Keputusan mengejutkan datang dari Rapat Dewan Gubernur BI yang memangkas suku bunga acuan 25 bp ke 5,00%. Deposit Facility Rate turut dipangkas ke 4,25% dan Lending Facility Rate ke 5,75%. Langkah ini diambil dengan keyakinan inflasi tetap dalam target 2,5% ±1%, rupiah stabil, serta kebutuhan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Penurunan BI Rate membuka peluang pelemahan tipis rupiah, yang sekaligus dapat menjadi penopang bagi harga emas domestik meski pergerakan global masih dalam fase konsolidasi.
Trump Buka Opsi Dukungan Udara, Siapkan Pertemuan Trilateral
Dari kancah geopolitik, upaya perdamaian Rusia-Ukraina memasuki fase baru setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan tidak akan mengerahkan pasukan darat ke Ukraina, namun membuka opsi dukungan udara sebagai bagian dari skema penyelesaian konflik. Sehari sebelumnya, Trump juga menjanjikan jaminan keamanan dalam pertemuan luar biasa di Gedung Putih.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menilai perundingan itu sebagai terobosan penting menuju penyelesaian perang, sekaligus mempersiapkan pertemuan trilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Trump. Kendati sinyal diplomasi menguat, prospek perdamaian masih penuh ketidakpastian karena AS dan sekutunya terus menakar bentuk dukungan militer yang tepat bagi Ukraina.
Pasar Menunggu FOMC dan Pidato Powell di Jackson Hole, Arah Pemangkasan Suku Bunga Dipertaruhkan
Sementara itu, perhatian pasar global beralih ke Amerika Serikat. Publikasi risalah rapat FOMC Juli pada hari ini dan pidato Jerome Powell di Jackson Hole akhir pekan ini dipandang sebagai momen penting bagi arah kebijakan moneter. Pasar menakar peluang pemangkasan suku bunga mulai September, meski Powell masih dihadapkan pada dilema antara inflasi yang belum sepenuhnya reda, pasar tenaga kerja yang melemah, dan tekanan politik dari Trump. Lebih jauh, pidato Powell kali ini juga diprakirakan akan menjadi bagian dari warisan kebijakan The Fed dengan mencabut strategi average inflation targeting pra-pandemi, sekaligus menegaskan kembali target inflasi tunggal 2% sebagai fondasi utama stabilitas harga dan lapangan kerja maksimal.
Prospek Harian Harga Emas (XAU/USD)
Secara teknis, emas saat ini bergerak sedikit di bawah Exponential Moving Average (EMA) 50 hari di US$3.333, namun masih bertahan jauh di atas EMA 200 hari di US$3.083. Kondisi ini menegaskan tren jangka menengah masih positif, meski momentum jangka pendek mulai melemah. Indikator Relative Strength Index (RSI) 14 tercatat di level 45,65, mendekati zona netral-bearish, yang menunjukkan tekanan jual masih dominan tetapi belum cukup kuat untuk mendorong emas masuk ke area jenuh jual.
Konsolidasi harga juga mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang rilis risalah rapat FOMC dan pidato Jerome Powell di Jackson Hole akhir pekan ini. Skenario dovish The Fed dapat mendorong emas menguji resistance di atas US$3.360, sementara nada hawkish berpotensi menekan harga ke support US$3.300-3.275, bahkan menuju US$3.250-3.240.
Bagi emas domestik, pola konsolidasi global ini diprakirakan menjaga harga Antam dalam tren melemah jangka pendek, terutama bila dolar AS kembali menguat. Penembusan emas dunia di bawah support US$3.300 bisa menyeret harga emas batangan turun lebih dalam, apalagi dengan rupiah yang masih berfluktuasi di sekitar Rp16.200-16.300 per dolar AS. Sebaliknya, jika The Fed memberi sinyal pemangkasan suku bunga September, peluang rebound terbuka dengan potensi emas Antam kembali stabil di atas Rp1,9 juta per gram.