- Emas Antam 1 gram turun Rp21.000 ke Rp1.924.000, sejalan dengan pelemahan harga emas global.
- Saham ANTM melemah 1,4% ke Rp2.940 di tengah tren penurunan logam mulia.
- Pasar menunggu rilis data inflasi AS Juli 2025, penentu arah kebijakan suku bunga The Fed.
Harga emas batangan Antam ukuran 1 gram pada Selasa tercatat Rp1.924.000, melemah Rp21.000 dari posisi sebelumnya Rp1.945.000. Koreksi ini terjadi seiring penurunan harga emas global menjelang rilis data inflasi AS Juli, yang dipandang sebagai katalis utama arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Di lantai bursa, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) terkoreksi 1,4% atau 40 poin ke level Rp2.940. Perdagangan berlangsung di rentang harga 2.870-2.950 setelah dibuka pada 2.940. Pelemahan saham emiten emas ini sejalan dengan tren penurunan harga logam mulia, di tengah sikap tunggu pelaku pasar terhadap perkembangan makroekonomi global.
Harga emas dunia pada hari yang sama bertahan di sekitar US$3.349 per ons troy, naik tipis 0,17% atau US$5,80, meski sehari sebelumnya merosot 1,6% setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan tarif tidak akan dikenakan pada emas batangan impor.
Fokus utama pasar kini tertuju pada rilis data inflasi AS. Berdasarkan proyeksi, IHK tahunan diprakirakan naik menjadi 2,8% dari 2,7% pada Juni, sedangkan IHK inti diprakirakan mencapai 3,0% dari 2,9%. Secara bulanan, IHK inti diprakirakan naik 0,3%. Jika realisasi sesuai atau lebih tinggi dari prakiraan, dolar AS berpotensi menguat di pasar global dan menekan harga emas. Sebaliknya, data yang lebih jinak akan memperkuat keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga di setiap pertemuan hingga akhir tahun.
Analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong, menilai inflasi inti di bawah prakiraan akan semakin memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga, memangkas biaya penyimpanan emas, dan memberi dukungan bagi harga. Ia menambahkan, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang tertahan di bawah level resistance penting menjadi faktor tambahan yang menopang momentum penguatan logam mulia. Sementara itu, Mike Houlahan, Direktur Electus Financial di Auckland, kepada Reuters mengatakan The Fed kemungkinan tetap memangkas suku bunga pada September, dipengaruhi tekanan politik dan pelemahan data ketenagakerjaan.
Prospek Harga Emas (XAU/USD)
Secara teknis, sejak pertengahan April harga emas bergerak dalam pola sideway lebar, dengan batas bawah di US$3.175 dan batas atas di US$3.435. Exponential Moving Average (EMA) 200 di US$3.070 menjadi support jangka panjang yang kuat, sementara Relative Strength Index (RSI) harian di 49,19 mengindikasikan momentum netral. Breakout di luar kisaran US$3.175-US$3.435 akan menjadi penentu arah tren berikutnya.
Melihat konstelasi ini, emas berada di persimpangan antara sentimen safe haven dan ekspektasi kebijakan moneter AS. Data inflasi AS Juli akan menjadi pemicu utama pergerakan berikutnya – apakah menuju penguatan menembus resistance US$3.435 atau justru melemah menembus support dinamis EMA-50 yang saat ini berada di US$3.334 sebelum ke US$3.275.
Indikator Ekonomi
Indeks Harga Konsumen non Pangan & Energi (Bln/Bln)
Kecenderungan inflasi atau deflasi diukur dengan menjumlahkan harga sekeranjang barang dan jasa secara berkala dan menyajikan datanya sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK). Data IHK dikumpulkan setiap bulan dan dirilis oleh Departemen Statistik Tenaga Kerja AS. Laporan bulanan ini membandingkan harga barang-barang pada bulan referensi dengan bulan sebelumnya. IHK Tidak termasuk Makanan & Energi tidak menyertakan komponen makanan dan energi yang lebih fluktuatif untuk memberikan pengukuran tekanan harga yang lebih akurat. Secara umum, angka yang tinggi dipandang sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sedangkan angka yang rendah dianggap sebagai bearish.
Baca lebih lanjut
Rilis berikutnya
Sel Agu 12, 2025 12.30
Frekuensi:
Bulanan
Konsensus:
0.3%
Sebelumnya:
0.2%
Sumber:
US Bureau of Labor Statistics
Federal Reserve AS memiliki mandat ganda untuk menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja. Berdasarkan mandat tersebut, inflasi harus berada pada kisaran 2% YoY dan telah menjadi pilar terlemah dari arahan bank sentral sejak dunia mengalami pandemi yang masih berlangsung hingga saat ini. Tekanan harga terus meningkat di tengah permasalahan dan kemacetan rantai pasokan, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada pada level tertinggi dalam beberapa dekade. The Fed telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi dan diprakirakan akan mempertahankan sikap agresif di masa mendatang.