- Minat beli Emas tetap tak tergoyahkan di tengah meningkatnya taruhan terhadap pemotongan suku bunga The Fed pada bulan September.
- Ketidakpastian tarif AS, kekhawatiran terhadap independensi The Fed, dan geopolitik menguntungkan logam mulia ini.
- Kenaikan kecil Dolar AS (USD) tidak banyak berpengaruh pada pergerakan naik menjelang rilis makro AS minggu ini.
Emas melanjutkan tren naiknya selama enam hari berturut-turut dan menyentuh puncak baru sepanjang masa, di level-level di atas $3.500 yang merupakan level psikologis, selama perdagangan sesi Asia pada hari Selasa. Meningkatnya keyakinan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga bulan ini ternyata menjadi faktor utama yang terus mendorong aliran menuju logam kuning yang tidak berimbal hasil ini. Selain itu, ketidakpastian tarif AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik ternyata menjadi faktor lain yang mendukung bullion safe-haven.
Faktor-faktor pendukung yang disebutkan di atas, pada tingkat yang lebih luas, mengimbangi kenaikan kecil Dolar AS (USD), yang cenderung melemahkan permintaan komoditas tersebut. Namun, kondisi yang sangat jenuh beli pada grafik jangka pendek menunjukkan perlunya kewaspadaan bagi para pembeli XAU/USD sebelum mengantisipasi kenaikan lebih lanjut. Para investor juga mungkin memilih untuk absen menjelang rilis makro AS penting minggu ini, yang dijadwalkan pada awal bulan baru, termasuk laporan Nonfarm Payrolls (NFP).
Pertanyaan Umum Seputar Emas
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.