Emas Antam Tidak Mampu Pertahankan Level Rp1.900.000 di Tengah Meredanya Keriuhan Perdagangan AS-Tiongkok
- Emas Antam terus turun di tengah cuti bersama di Indonesia.
- Pergerakan XAU/USD pasca rilis IHK AS akan menjadi pemandu untuk harga Emas Antam besok.
- Level Rp1.900.000 tampak belum bisa diraih Kembali dalam waktu dekat.
Emas 1 gram Antam dijual seharga Rp1.884.000 hari ini yang turun sebesar Rp21.000 dari Rp1.905.000 pada hari kemarin. Logam mulai ini terus melanjutkan penurunan pasca meraih tertinggi sepanjang masa di atas $2.000.000 pada bulan lalu, meskipun bertahan di atas Rp1.900.000 selama beberapa hari. Sementara itu, harga Emas 0,5 gram dan 10 gram Antam masing-masing di Rp992.00 dan Rp18.335.000. Harga-harga di atas tidak termasuk pajak PPh 0,25%.
Emas Antam Turun Bersama XAU/USD
Emas Antam menunjukkan penurunan hari ini setelah XAU/USD turun 2,73% ke terendah $3.207,71 per ons troy pada hari kemarin. Emas Antam melanjutkan ketergantungan arahnya pada harga emas dunia hari ini karena absennya faktor pendorong dari dalam negeri di tengah libur Cuti Bersama di Indonesia menyusul Hari Raya Waisak di Indonesia pada hari kemarin.
XAU/USD merosot kemarin di balik membaiknya sentimen karena tercapainya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok pasca perundingan perdagangan yang dilakukan di Swiss selama akhir pekan. AS akan menurunkan tarif pada impor barang dari Tiongkok dari 145% menjadi 30% dan Tiongkok menurunkan bea pada barang-barang dari AS menjadi 10% dari 125%.
Namun demikian, XAU/USD memangkas lebih dari 50% penurunan hari ini untuk diperdagangkan di area $3.260. Pemulihan ini tampaknya terjadi di balik aksi profit-taking pada posisi jual XAU/USD dan bahwa pasar mengingat bahwa penurunan tarif antara AS-Tiongkok hanya gencatan senjata perang tarif sementara yang berlaku selama 90 hari. Pasar menantikan tindak lanjut dalam perundingan-perundingan di masa depan.
Investor Menantikan Pergerakan XAU/USD Pasca Rilis IHK AS
Penggerak pasar yang bisa menggerakkan XAU/USD dan pada akhirnya harga Emas Antam adalah data inflasi AS yang akan dirilis nanti hari ini. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk bulan April diprakirakan naik 2,4% pada basis tahunan, tingkat pertumbuhan yang sama dengan bulan Maret.
Dari dalam negeri, Indonesia akan merilis data Penjualan Ritel untuk bulan Maret pada basis tahunan pada hari Rabu. Data ini diprakirakan menunjukkan pertumbuhan 3,3% dari sebelumnya 2,0%.
Data Penjualan Ritel Indonesia tidak dapat secara langsung memengaruhi harga Emas Antam karena data ini dirilis setelah harga harian Emas ditetapkan. Dengan demikian, pemerhati Emas Antam akan mengamati pergerakan XAU/USD pasca rilis data IHK AS dan penutupan harian untuk mengukur harga Emas Antam.
Jika XAU/USD terus memulihkan diri dari penurunan kemarin, Emas Antam bisa naik dari harga saat ini. Namun demikian, Rp1.900.000 masih tampak belum bisa diraih selama tidak ada pendorong yang signifikan dalam waktu dekat.
pertanyaan umum seputar Emas
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.
Buat Akun Demo
Belajar trading tanpa biaya maupun resiko
Buat Akun Demo
Belajar trading tanpa biaya maupun resiko