Emas Terkoreksi, Antam Naik Didukung Sentimen Dagang RI-AS dan Optimisme Logam Mulia

  • Emas spot turun 0,55% ke USD3.329,21/ons, masih lanjutkan konsolidasi jangka panjang.
  • Antam naik Rp11.000 ke Rp1.919.000/gr, sentimen dagang RI-AS topang optimisme.
  • Saham ANTM menguat 1,7% ke Rp3.040, sejalan optimisme logam mulia.

Harga emas spot (XAU/USD) terkoreksi 0,55% ke USD3.329,21 per ons pada Kamis, melanjutkan pergerakan konsolidasinya. Tekanan jual muncul di tengah rebound dolar AS, sejalan dengan inflasi AS yang melandai terbatas – IHP inti Juni melambat ke 0,0% MoM dan 2,6% YoY, sementara IHK inti naik 0,2% MoM (dari 0,1%, di bawah konsensus 0,3%) dan 2,9% YoY (dari 2,8%, di bawah konsensus 3%). Data ini dinilai belum cukup kuat untuk mendorong The Fed memangkas suku bunga agresif, sehingga mengurangi ekspektasi pemangkasan dalam waktu dekat.

Laporan bahwa Presiden AS Donald Trump berupaya mencopot Ketua The Fed Jerome Powell sempat memicu aksi beli safe-haven dan meningkatkan volatilitas pasar. Namun, ketegangan cepat mereda setelah Trump memastikan tidak akan memberhentikan Powell, sehingga kekhawatiran atas independensi bank sentral berkurang.

Emas Antam Naik, Sentimen Domestik Tetap Positif

Meski harga emas global terkoreksi, harga emas Antam hari ini naik Rp11.000 menjadi Rp1.919.000 per gram dari Rp1.908.000. Sentimen positif datang dari kesepakatan dagang RI-AS yang memangkas tarif impor ke 19% dan mencakup komitmen pembelian 50 pesawat Boeing, pasokan energi AS senilai USD15 miliar, serta produk pertanian USD4,5 miliar, yang dinilai memperkuat prospek perdagangan bilateral dan menjaga optimisme ekonomi domestik.

Harga Emas Antam per Gram, 17 Juli 2025

Harga Emas Antam per Gram, 17 Juli 2025 | Sumber: Logam Mulia

Namun, dampaknya terhadap harga emas lokal bersifat tidak langsung. Stabilitas makro yang didorong kesepakatan ini berpotensi mendukung penguatan rupiah dalam jangka menengah, sehingga bisa menahan kenaikan agresif harga emas Antam. Kenaikan saat ini lebih banyak dipengaruhi tren harga global dan kurs USD/IDR.

Saham Aneka Tambang (ANTM) ikut menguat, ditutup naik 1,7% ke Rp3.040 setelah dibuka di Rp3.010 dan sempat menyentuh Rp3.070, sejalan dengan optimisme sektor logam mulia.

Grafik Harian Emas (XAU/USD)

Grafik Harian Emas (X

Grafik harian menunjukkan emas masih berkonsolidasi dalam rentang jangka panjang USD3.175-USD3.435, sementara dalam jangka pendek harga bergerak dalam rentang USD3.288-USD3.376, ditopang Exponential Moving Average (EMA) 50 di USD3.307,99, sementara Relative Strength Index (RSI) netral di 49,45. EMA 200 di USD3.012,81 tetap menjadi support utama. Penembusan stabil di atas USD3.434,88 membuka peluang menuju USD3.500-USD3.600, sedangkan penurunan di bawah USD3.307,99 bisa memicu koreksi ke USD3.288-USD3.175.

Pertanyaan Umum Seputar Sentimen Risiko

Dalam dunia jargon keuangan, dua istilah yang umum digunakan, yaitu "risk-on" dan "risk off" merujuk pada tingkat risiko yang bersedia ditanggung investor selama periode yang dirujuk. Dalam pasar "risk-on", para investor optimis tentang masa depan dan lebih bersedia membeli aset-aset berisiko. Dalam pasar "risk-off", para investor mulai "bermain aman" karena mereka khawatir terhadap masa depan, dan karena itu membeli aset-aset yang kurang berisiko yang lebih pasti menghasilkan keuntungan, meskipun relatif kecil.

Biasanya, selama periode "risk-on", pasar saham akan naik, sebagian besar komoditas – kecuali Emas – juga akan naik nilainya, karena mereka diuntungkan oleh prospek pertumbuhan yang positif. Mata uang negara-negara yang merupakan pengekspor komoditas besar menguat karena meningkatnya permintaan, dan Mata Uang Kripto naik. Di pasar "risk-off", Obligasi naik – terutama Obligasi pemerintah utama – Emas bersinar, dan mata uang safe haven seperti Yen Jepang, Franc Swiss, dan Dolar AS semuanya diuntungkan.

Dolar Australia (AUD), Dolar Kanada (CAD), Dolar Selandia Baru (NZD) dan sejumlah mata uang asing minor seperti Rubel (RUB) dan Rand Afrika Selatan (ZAR), semuanya cenderung naik di pasar yang "berisiko". Hal ini karena ekonomi mata uang ini sangat bergantung pada ekspor komoditas untuk pertumbuhan, dan komoditas cenderung naik harganya selama periode berisiko. Hal ini karena para investor memprakirakan permintaan bahan baku yang lebih besar di masa mendatang karena meningkatnya aktivitas ekonomi.

Sejumlah mata uang utama yang cenderung naik selama periode "risk-off" adalah Dolar AS (USD), Yen Jepang (JPY) dan Franc Swiss (CHF). Dolar AS, karena merupakan mata uang cadangan dunia, dan karena pada masa krisis para investor membeli utang pemerintah AS, yang dianggap aman karena ekonomi terbesar di dunia tersebut tidak mungkin gagal bayar. Yen, karena meningkatnya permintaan obligasi pemerintah Jepang, karena sebagian besar dipegang oleh para investor domestik yang tidak mungkin menjualnya – bahkan saat dalam krisis. Franc Swiss, karena undang-undang perbankan Swiss yang ketat menawarkan perlindungan modal yang lebih baik bagi para investor.

comodity