Emas Antam Naik di Tengah Ketidakpastian, Pasar Tunggu Powell dan Perkembangan Tarif AS
- Emas batangan Antam melonjak Rp19.000 ke Rp1.946.000 per gram.
- Saham Antam (ANTM) terkoreksi 4,1% meski harga emas fisik menguat.
- Pasar global cenderung bersikap hati-hati, menanti Powell dan perkembangan tarif AS.
Harga emas batangan Antam pada Selasa tercatat melonjak Rp19.000 menjadi Rp1.946.000 per gram, sekaligus membukukan kenaikan sekitar 1,67% dalam sepekan terakhir. Kenaikan ini mengikuti penguatan harga emas global yang kembali diminati investor sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian pasar keuangan.
Sebaliknya, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) justru terkoreksi, sejauh ini telah melemah 4,1% ke level 3.190, turun 130 poin dari penutupan sebelumnya. Saham sempat dibuka di 3.250, menyentuh level tertinggi 3.270, namun kemudian tertekan hingga level terendah 3.050. Tekanan jual ini mencerminkan aksi ambil untung investor, meskipun harga emas fisik menunjukkan tren positif.
Harga emas global sendiri masih bergerak dalam pola hati-hati, dengan tren yang cenderung defensif namun tetap menunjukkan daya tahan di area penting. Emas spot bergerak di sekitar $3.387 per ons, terkoreksi tipis 0,30%, setelah sempat menguji area $3.402 sebelum tekanan jual muncul. Meskipun demikian, posisi ini tetap berada di atas area rata-rata pergerakan menengah, menandakan minat beli belum sepenuhnya mereda.
Sejalan dengan itu, analis pasar senior OANDA, Kelvin Wong, seperti dikutip Reuters, mengatakan: "Pergerakan emas ke atas sebagian besar didukung oleh faktor teknis yang positif dan juga diperkuat oleh melemahnya dolar secara luas."
Pasar memilih bersikap waspada sambil menunggu pemicu arah berikutnya, terutama menjelang pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell. Harapan terhadap sinyal dovish masih menjadi salah satu faktor yang menjaga optimisme, meskipun kekhawatiran terhadap inflasi global dan ketidakpastian fiskal AS tetap menjadi bayangan besar.
Pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menambah atmosfer kehati-hatian di pasar. Ia menegaskan bahwa menjelang tenggat tarif 1 Agustus, Washington tidak terburu-buru mengejar jumlah kesepakatan yang ditandatangani, melainkan lebih mengutamakan kualitasnya. "Hal penting di sini adalah kualitas kesepakatan, bukan waktu kesepakatan," ujar Bessent. Ia juga menyebut 1 Agustus sebagai “batas waktu ketat”, seraya membuka peluang penyesuaian tarif ke “level 2 April” bagi negara-negara yang gagal mencapai kesepakatan sesuai standar yang diinginkan AS.
Prospek Teknis Emas (XAU/USD)

Secara teknis, emas global masih bergerak dalam pola konsolidasi lebar. Upaya menembus resistance di sekitar $3.435 beberapa kali gagal karena tekanan jual, sementara support terdekat di area $3.320-3.300 yang berdekatan dengan Exponential Moving Average (EMA) 50, terus menjadi titik pantul yang dijaga pembeli.
Relative Strength Index (RSI) 14 berada di level 57,50, di atas level netral, mengindikasikan minat beli mulai menguat namun belum memasuki kondisi jenuh beli. Kondisi ini membuka peluang harga untuk kembali menguji resistance utama jika support tetap terjaga, meski katalis fundamental masih menjadi kunci penggerak arah berikutnya.
Pertanyaan Umum Seputar Emas
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.
Artikel Lainnya
Buat Akun Demo
Belajar trading tanpa biaya maupun resiko
Buat Akun Demo
Belajar trading tanpa biaya maupun resiko